UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Tampilkan postingan dengan label Materi Pokok. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Materi Pokok. Tampilkan semua postingan

Senin, 03 Juni 2013

Mars HMI

Bersyukur Dan Ikhlas
Himpunan Mahasiswa Islam
Yakin Usaha Sampai
Untuk Kemajuan
Hidayah Dan Taufik
Bahagia HMI

Berdoa Dan Ikrar
Menjunjung Tinggi Syiar Islam
Turut Qur’an Dan Hadist
Jalan Keselamatan
Ya Allah Berkati
Bahagia Hmi


  


MARS KOHATI


Wahai HMI-Wati semua
Sadarlah kewajiban mulia
Pembina, pendidik tunas muda
Tiang negara jaya
Himpunkan kekuatan segera
Jiwai semangat pahlawan
Tuntut ilmu serta amalkan
Untuk kemanusiaan
Jayalah KOHATI
Pengawal panji Islam
Derapkan langkah perjuangan
Kuatkan Iman
Majulah tabah HMI-Wati
Harapan bangsa
Membina masyarakat Islam Indonesia.


continue reading

ARTI LAMBANG HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


1.     Bentuk huruf alif :
¨        Sebagai huruf hidup, lambang optimis kehidupan HMI.
¨        Huruf alif merupakan angka 1 (satu) lambang tauhid, dasar / semangat HMI
2.     Bentuk perisai :
      Lambang kepeloporan HMI.
3.     Bentuk jantung :
      Jantung adalah pusat kehidupan manusia, lambang fungsi perkaderan HMI.
4.     Bentuk pena :
      Melambangkan bahwa HMI organisasi mahasiswa yang senantiasa haus akan ilmu pengetahuan.
5.     Gambar bulan bintang :
      Lambang kejayaan ummat Islam seluruh dunia.
6.     Warna hijau:
      Lambang keimanan dan kemakmuran.
7.     Warna hitam:
      Lambang ilmu pengetahuan.
8.     Keseimbangan warna hijau dan hitam :
      Lambang keseimbangan, esensi kepribadian HMI.
9.     Warna putih :
      Lambang kemurnian dan kesucian perjuangan HMI.
10. Puncak tiga :
¨        Lambang Iman, Islam dan Ikhsan.
¨        Lambang Iman, Ilmu dan Amal.
11. Tulisan HMI :
      Kependekan dari Himpunan Mahasiswa Islam

continue reading

SEJARAH BERDIRINYA Korps HMI-WAti (KOHATI)

I.  Latar Belakang/Sejarah KOHATI

Dalam teater kemanusiaan, diskursus mengenai perempuan sudah ada sejak manusia itu dilahirkan, baik status, tugas, juga hak dan kewajiban. Perkembangan pemikiran seiring dengan paradigma masyarakat pada masanya (gradual), begitu dalam dengan masalah perempuan. Pada awalnya tugas dan peranan perempuan berada pada bidang mengurusi anak, rumah dan sekitarnya (domestik) kemudian kini mulai merambah pada sektor publik. Isu marginalisasi satu jenis dari lainnya serta beberapa perilaku ketidak adilan menjadi headline pembicaraan masyarakat. Begitu pula halnya dengan Himpunan mahasiswa Islam (HMI). Sejak berdirinya, kontribusi besar perempuan sudah nampak. Hal itu dapat dilihat pada sosok dan peran aktif dua orang hawa yaitu Maesaroh Hilal dan Siti Zaenah1 yang secara struktural terlibat dalam kepengurusan (Maesaroh Hilal bendahara II). Kemudian menyusullah HMI-Wati lainnya seperti Tejaningsih, Siti Baroroh Bried, dan Tujimah. Mereka adalah inang – inang pengasuh HMI pada awal kelahiran KOHATI.

Potensi HMI-wati di HMI sangat besar. Selama ini kaum wanita dalam HMI hanya sebagai objek dari pengkaderan HMI. Masalah- masalah kewanitaan di HMI semula kurang mendapat porsi pengarapan secara wajar. Kegiatan HMI -wati hanya di tampung dalam bentuk seksi atau departemen keputrian. Akhirnya timbul kesadaran bahwa potensi HMI wati perlu ditingkatkan dari sekedar objek menjadi subjek, Sehingga mereka dapat mengembangkan diri secara khusus untuk merespon perkembangan dan aktivitas KOHATI, 3 bulan menjelang kongres ke 8-HMI 1966, Pengurus besar HMI dengan surat keputusan No. 239 / A/ Sek / 1966, tertanggal 11 Juni 1966 membentuk Corps HMI wati. Untuk sementara Corps ini di bentuk pada tingkat cabang, komisariat dan rayon dengan status semi otonom. Pembentukan KOHATI secara nasional di realisir pada Munas I KOHATI dalam kongres ke 8 HMI di Surakarta, 10 - 17 september 1966.

Konstitusi yang mengatur KOHATI dituangkan dalam Peraturan Dasar KOHATI. Bab II pasal 5 peraturan dasar tertera tujuan KOHATI, yaitu “meningkatkan kualitas dan peranan HMI wati dan perjuangan untuk mencapai tujuan HMI pada umumnya dan bidang kewanitaan khususnya. “status KOHATI semi otonom dalam struktur HMI. KOHATI mempunyai struktur kepengurusan vertical dari PB sampai ke cabang –cabang, komisariat dan rayon HMI. Seperti dilaporkan PB HMI, bahwa perkembangan KOHATI sangat cepat, karena HMI sebagai induknya sudah ada di berbagai cabang, komisariat, rayon di Indonesia, di samping KOHATI berstatus semi otonom. Pada usianya yang kedua setengah tahun, KOHATI berhasil membentuk70 cabang dari 110 cabang HMI.

Dari perkembangan ini, di beberapa tempat timbul konflik organisatoris disebabkan adanya penyempurnaan organisasi KOHATI. Konflik tersebut timbul karena HMI kurang mampu mengelola oragnisasi dengan baik, sehingga KOHATI terdorong ke arah sikap - sikap yang ekslusif. Hal inipun diakui KOHATI sendiri. Akibatnya, di beberapa cabang terjadi “salah tindak” dan “salah pengertian “ antara HMI wan dan HMI wati yang menimbulkan penilaian negatif terhadaap KOHATI, seperti anggapan bahwa HMI wati mengalami eklusifisme dan sentrafugalisme. Akibatnya, HMI mengangap KOHATI ingin melepaskan dari HMI, Sementara kohati sendiri seolah olah seperti di lepaskan dari HMI, ini semua terjadi karena kurangnya koordinasi HMI. Untuk mengantisipasi persoalan persoalan yang timbul, dilakukanperbaikan mekanisme organisasi baik mikro maupun makro. Komunikasi timbal balikantara KOHATI dengan HMI, dan komunikasi antar sesama aparat KOHATI ditingkatkan. Juga dilakukan pembinaan personil KOHATI secara kuantitatif maupun kualitatif melalui pengkaderan khusus HMI wati. Sementara itu, di forum – forum ekstern, peranan KOHATI cukup menentukan baik dalam KAWI. BMPII, GOWI maupun koordinasi wanita sektor Golkar.                
 
Kongres ke -9 HMI di Malang, 3-10 Mei 1969 mengubah Pedoman Dasar KOHATI menjadi pedoman KOHATI. Dalam pedoman KOHATI, tujuan KOHATI ditiadakan. Statusnya berubah dari semi otonom menjadi KOHATI sebagai aparat HMI berbentuk Korps,yang secara operasional menjadi salah satu departemen dalam jabatan struktural HMI. Struktur organisasi kembali pada bentuk semula, berdiri secara vertikal mulaidari PB HMI, cabang, komisariat dan rayon. Pedoman KOHATI yang baru mengatur bahwa struktur KOHATI ada di jabatan struktural tingkat KOHATI PB, cabang, badko, dimana ada badko HMI. Sedangkan KOHATI di korkom, komisariat, rayon di bentuk jika diperlukan.

Ada dua alasan yang paling mendasar membuat KOHATI didirikan yaitu:
1.        Secara internal, departemen keputrian yang ada pada waktu itu sudah tidak mampu lagi menampung aspirasi para kader HMI-Wati, disamping basic-needs anggota tentang berbagai persoalan perempuan kurang bisa  di fasilitasi oleh HMI. Dengan hadirnya sebuah institusi yang secara spesifik menampung aspirasi HMI-Wati juga diharapkan HMI-Wati secara internal memiliki keleluasaan untuk mengatur diri mereka sendiri dan lebih memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan organisasi yang muncul dari basic-needs anggotanya sendiri yaitu kader HMI-Wati.
2.        Secara eksternal, HMI mengalami tantangan yang cukup pelik dikaitkan dengan hadirnya lawan ideologis HMI yaitu komunis yang masuk melalui pintu gerakan perempuan (GERWANI). Selain itu maraknya pergerakan perempuan yang ditandai dengan munculnya organisasi perempuan dengan berbagai fariasi bentuk ideologi, pilihan isu, maupun strategi gerkannya membuat HMI harus merapatkan barisannya dengan cara terlibat aktif dalm kancah gerakan perempuan yang berbasis organisasi perempuan.
Atas dasar pertimbangan itulah pada tanggal 17 September 1966 M bertepatan dengan 2 Jumadil Akhir 1386 H pada Kongres VII di Solo dideklarasikan KOHATI. Terpilih sebagai Ketua Umum KOHATI pertama waktu itu adalah Anniswati Rokhlan
(Pembahasan tentang sejarah, dilaksanakan tersendiri dalam Bedah   Pedoman Dasar KOHATI, materi sejarah).

II.             Tafsir Tujuan KOHATI

Terbinanya muslimah yang berkualitas insan cita Sebuah organisasi diperlukan tujuan yang jelas, sehingga setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur dan terarah. KOHATI merupakan sebuah lembaga yang ide dasar pembentukannya dilandaskan pada kebutuhan akan pengembangan misi HMI secara luas, serta kebutuhan akan sebuah wadah pembinaan untuk anggota HMI-Wati karena kualitas peranan HMI- WATI harus di tingkatkan. Oleh karena itu KOHATI merumuskan tujuannya, yaitu Terbinanya Muslimah yang berkualitas insan cita. Artinya tujuan KOHATI tersebut KOHATI memposisikan dirinya sebagai bagian yang ingin mencapai tujuan HMI (lima kualitas insan cita) namun ia berspesialisasi pada pembinaan anggota HMI-WATI untuk menjadi muslimah kualitas insan cita. Pembinaan KOHATI di tujukan untuk peningkatan kualitas dan peranannya dalam wacana keperempuanan (bukan hanya di KOHATI saja) untuk dapat menjalankan peranannya dengan baik, KOHATI harus membekali dirinya dengan terus meningkatkan kualitasnya sehingga ia mencapai kualifikasi kader HMI-Wati.

III.          Tafsir Status KOHATI
Status dalam sebuah lembaga merupakan:
     pengakuan dan petunjuk tentang eksistensi lembaga tersebut.
     petunjuk dimana sebuah lembaga berspesialisasi.

Pasal 4 Status :
a)  KOHATI merupakan salah satu badan khusus HMI (AD HMI Ps.14 ART Ps. 58)
b)  Secara struktural pengurus KOHATI ex officio pimpinan HMI diwakili oleh Ketum, Sekum, Bendum, dan Kabid-kabid.

“Status sebagai Badan khusus di bidang kewanitaan”
Mengandung makna yang penting akan spesialisasi membina anggota HMI-Wati untuk menjadi Muslimah Insan Cita. Spesialisasi dibidang kewanitaan: menunjukkan bahwa perkembangan permasalahan perempuan di masyarakat perlu direspon HMI. Respon ini didasarkan pada kenyataan bahwa kondisi sosio cultural masyarakat yang menempatkan perempuan pada posisi yang defensif dan periferial.
Defensif    : Ketergantungan
Periferial   : Second Life ( Makhluk kedua )
Maka dalam pengkaderan, KOHATI ujung tombak untuk mengantisipasi dan mempelopori terjawabnya persoalan perempuan. HMI sebagai organisasi kader, bertanggungjawab untuk menciptakan iklim yang kondusif dan harmonis dalam upaya pemberdayaan perempuan melalui proses perkaderannya. Yang menjadi sasaran KOHATI dalam melakukan pemberdayaan tersebut adalah anggotanya yaitu HMI-Wati.

IV.            Tafsir Sifat KOHATI

Pasal 5 : Sifat
Sifat dalam sebuah organisai menunjukkan:
watak atau karakteristik
pembeda antar lembaga.
Perbedaan tersebut dimaksudkan sebagi salah satu taktik dan strategi dalam berjuang sebagai organisasi. Penjelasan Sifat KOHATI bersifat semi otonom ini menunjukkan sebagai sub-sistem dalam perjuangan HMI
Latar belakang
          HMI mengakui adanya kesamaan, kemampuan maupun kesempatan antara anggota HMI baik perempuan dan laki-laki.
          Masyarakat kita masih menempatkan organisasi sebagai alat yang paling efektif untuk menyahuti berbagai persoalan dalam upaya pencapaian tujuannya.

Semi otonom merupakan mekanisme operasional KOHATI dalam menjalankan aktivitas, baik intern maupun ekstern. Hal tersebut secara keseluruhan diekspresikan dalam struktur organisasi HMI, dimana KOHATI diwakili oleh Ketum, Sekum, Bendum, dan kabid - kabid masuk dalam struktur kepengurusan HMI ditingkatannya. Inilah yang dinamakan pengurus KOHATI ex officio pengurus HMI. Konsekwensi dari struktur tersebut, menjadikan keberadaan KOHATI jelas sebagai badan khusus HMI, karena setiap pengambilan keputusan maupun kebijaksanaan HMI dan KOHATI diputuskan secara bersama-sama dalam mekanisme HMI. Jika digambarkan maka:
     Diputuskan secara bersama dalam mekanisme HMIpengambilan keputusan
     Kebijaksanaan HMI dan KOHATI OTONOMISASI
KOHATI dibidang intern pada bentuk aktivitas pengembangan kualitas Kader HMI-Wati. Oleh karena itu sifat semi otonomi menunjukkan bahwa kebesaran KOHATI tergantung pada sejauh mana interaksi, koordinasi dan komunikasi antara seluruh jajaran kepengurusan HMI disemua tingkatan.

V.              FUNGSI DAN PERAN

Pasal 6 PDK
     KOHATI berfungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI dalam bidang kewanitaan.
     Wadah aktualisasi dan pemacu seluruh potensi perempuan
Pembinaan
     Akhlak
     Intelektual
     Keterampilan
     Kepemimpinan
     Keorganisasian
     Keluarga sejahtera
     Beberapa kualitas lain yang menjadi kebutuhan anggota
Maksud dan tujuan:
Mempersiapkan kader HMI agar mampu berperan secara optimal sebagai pencetak muslimah sejati yang memperjuangkan nilai-nilai keIslaman dan keIndonesiaan. KOHATI sebagai sebuah wadah merupakan alat pencapaian tujuan HMI oleh karenanya Keberhasilan KOHATI ditentukan oleh:
          Anggota, didukung oleh perangkat dan mekanisme-mekanisme HMI
          Dimanfaatkan dan sangat mempengaruhi kualitas aparat kepengurusan
Peran
Pasal 7 : KOHATI berperan sebagai pencetak muslimah sejati, pelopor dalam pembangunan bangsa. Operasional dari fungsi diwujudkan dalam dua aspek
1.     Aspek Internal:
KOHATI sebagai wadah/ media latihan bagi para HMI-wati untuk membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi serta kualitasnya dalam bidang kewanitaan khususnya menyangkut kodrat kemanusiaannya, dan bidang sosial kemasyarakatan umumnya melalui Pendidikan, Penelitan, Pelatihan, Dll.
2.     Aspek Eksternal:
          KOHATI pembawa missi HMI disetiap forum kewanitaan.
          Memperluas keberadaan HMI di semua aspek kehidupan
          KOHATI adalah wadah aktualisasi dan pemacu seluruh potensi-potensi wanita/HMI-wati dalam mengejar kesenjangan
          Mendorong HMI wati untuk berinteraksi secara optimal.

VI.            ATRIBUT KOHATI
Pasal 24
a.     Yang termasuk dalam atribut KOHATI atau mars KOHATI, badge KOHATI serta busana KOHATI
b.     Bentuk, penjelasan penggunaan atribut KOHATI dibuat tersendiri dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pedoman ini.
1.     Penggunaan Badge KOHATI
a)     Pada acara seremonial/resmi KOHATI dan acara resmi organisasi
b)     Tidak dibenarkan dipakai pada acara resmi yang bersifat  ksternal/diluar HMI
2.     Bentuk gambar badge KOHATI
Badge KOHATI adalah lambang KOHATI yang pemakaiannya di baju dengan perbandingan ukuran 2:3


Makna lambang KOHATI:
A.     Bulan bintang, warna hijau, warna hitam, keseimbangan warna hijau dan hitam, warna putih, puncak tiga. Maknanya sebagaimana yang tercantum dalam lambang HMI.
B.     Melati berarti lambang kasih sayang yang suci dan tulus.
C.     Penyangga berarti lambang perempuan sebagai tiang Negara.
D.    Buku terbuka berarti lambang Al-Quran sebagai dasar utama.
E.     Tiga kelopak bunga berarti lambang tri darma perguruan tinggi.

F.     Tulisan KOHATI berarti singkatan Korps-HMI-Wati.

continue reading

MEMORI PENJELASAN TENTANG ISLAM SEBAGAI AZAS HMI

          “Hari ini telah Kusempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu: (QS. Al-Maidah : 3).

          “Dan mereka yang berjuang dijalan-Ku (kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang-orang yang selalu berbuat (progresif) (QS. Al-Ankabut : 69).

          Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna hadir di bumi diperuntukkan untuk mengatur pola hidup manusia agar sesuai fitrah kemanusiaannya yakni sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata ke hadirat-Nya.

          Iradat Allah Subhanu Wata’ala, kesempurnaan hidup terukur dari personality manusia yang integratif antara dimensi dunia dan ukhrawi, individu dan sosial, serta iman, ilmu dan amal yang semuanya mengarah terciptanya kemaslahatan hidup di dunia baik secara individual maupun kolektif.

          Secara normatif Islam tidak sekedar agama ritual yang cenderung individual akan tetapi merupakan suatu tata nilai yang mempunyai komunitas dengan kesadaran kolektif yang memuat pemahaman/kesadaran, kepentingan, struktur dan pola aksi bersama demi tujuan-tujuan politik.

          Substansi pada dimensi kemasyarakatan, agama memberikan spirit pada pembentukan moral dan etika. Islam yang menetapkan Tuhan dari segala tujuan menyiratkan perlunya peniru etika ke Tuhanan yang meliputi sikap rahmat (Pengasih), barr (Pemula), ghafur (Pemaaf), rahim (Penyayang) dan (Ihsan) berbuat baik. Totalitas dari etika tersebut menjadi kerangka pembentukan manusia yang kafah (tidak boleh mendua) antara aspek ritual dengan aspek kemasyarakatan (politik, ekonomi dan sosial budaya).

          Adanya kecenderungan bahwa peran kebangsaan Islam mengalami marginalisasi dan tidak mempunyai peran yang signifi kan dalam mendesain bangsa merupakan implikasi dari proses yang ambigiutas dan distorsif. Fenomena ini ditandai dengan terjadinya mutual understanding antara Islam sebagai agama dan Pancasila sebagai ideologi. Penempatan posisi yang antagonis sering terjadi karena berbagai kepentingan politik penguasa dari politisi-politisi yang mengalami split personality.

          Kelahiran HMI dari rahim pergolakan revolusi phisik bangsa pada tanggal 5 Februari 1974 didasari pada semangat mengimplementasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam berbagai aspek ke-Indonesian.

          Semangat nilai yang menjadi embrio lahirnya komunitas Islam sebagai interest group (kelompok kepentingan) dan pressure group (kelompok penekan). Dari sisi kepentingan sasaran yang hendak diwujudkan adalah terutangnya nilai-nilai tersebut secara normatif pada setiap level kemasyarakatan, sedangkan pada posisi penekan adalah keinginan sebagai pejuang Tuhan (sabilillah) dan pembelaan mustadh’afi n.

          Proses internalisasi dalam HMI yang sangat beragam dan suasana interaksi yang sangat plural menyebabkan timbulnya berbagai dinamika ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dengan didasari rasionalisasi menurut subyek dan waktunya. Pada tahun 1955 pola interaksi politik didominasi pertarungan ideologis antara nasionalis, komunis dan agama (Islam). Keperluan sejarah (historical necessity) memberikan spirit proses ideologisasi organisasi. Eksternalisasi yang muncul adalah kepercayaan diri organisasi untuk “bertarung” dengan komunitas lain yang mencapai titik kulminasinya pada tahun 1965.

          Seiring dengan kreatifi tas intelektual pada Kader HMI yang menjadi ujung tombak pembaharuan pemikiran Islam dan proses transformasi politik bangsa yang membutuhkan suatu perekat serta ditopang akan kesadaran sebuah tanggung jawab kebangsaan, maka pada Kongres ke-X HMI di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971 terjadilah proses justifi kasi Pancasila dalam mukadimah Anggaran Dasar.

          Orientasi aktifi tas HMI yang merupakan penjabaran dari tujuan organisasi menganjurkan terjadinya proses adaptasi pada jamannya. Keyakinan Pancasila sebagai keyakinan ideologi negara pada kenyataannya mengalami proses stagnasi. Hal ini memberikan tuntutan strategi baru bagi lahirnya metodologi aplikasi Pancasila. Normatisasi Pancasila dalam setiap kerangka dasar organisasi menjadi suatu keharusan agar mampu mensuport bagi setiap institusi kemasyarakatan dalam mengimplementasikan tata nilai Pancasila.

Konsekuensi yang dilakukan HMI adalah ditetapkannya Islam sebagai identitas yang mensubordinasi Pancasila sebagai azas pada Kongres XVI di Padang, Maret 1986.

Islam yang senantiasa memberikan energi perubahan mengharuskan para penganutnya untuk melakukan invonasi, internalisasi, eksternalisasi maupun obyektifi kasi. Dan yang paling fundamental peningkatan gradasi umat diukur dari kualitas keimanan yang datang dari kesadaran paling dalam bukan dari pengaruh eksternal. Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan, dengan semakin meningkatnya keyakinan akan Islam sebagai landasan teologis dalam berinteraksi secara vertikal maupun horizontal, maka pemilihan Islam sebagai azas merupakan pilihan dasar dan bukan implikasi dari sebuah dinamika kebangsaan.

Demi tercapainya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, maka HMI bertekad Islam dijadikan sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, trasedental, humanis dan inklusif. Dengan demikian
kader-kader HMI harus berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan menyerahkan semua demi ridha-Nya.


continue reading

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

A.    PENDAHULUAN

Menurut fitrah kejadiannya, maka manusia diciptakan bebas dan merdeka. Karenanya kemerdekaan pribadi adalah hak yang pertama. Tidak ada sesuatu yang lebih berharga dari pada kemerdekaan itu. Sifat dan suasana bebas dan kemerdekaan seperti di atas, adalah mutlak diperlukan terutama pada fase/saat manusia berada dalam pembentukan dan pengembangan. Masa/fase pembentukan dan pengembangan bagi manusia terutama dalam masa remaja atau generasi muda.

Mahasiswa dan kualitas-kualitas yang dimilikinya menduduki kelompok elit dalam generasinya. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis adalah ciri dari kelompok elit dalam generasi muda, yaitu kelompok mahasiswa itu sendiri. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis yang didasarkan pada obyektif yang harus diperankan mahasiswa bisa dilaksanakan dengan baik apabila mereka dalam suasana bebas merdeka dan demokratis obyektif dan rasional. Sikap ini adalah yang progresif (maju) sebagai ciri dari pada seorang intelektual. Sikap atas kejujuran keadilan dan obyektifi tas.

Atas dasar keyakinan itu, maka HMI sebagai organisasi mahasiswa harus pula bersifat independen. Penegasan ini dirumuskan dalam pasal 6 Anggaran Dasar HMI yang mengemukakan secara tersurat bahwa “HMI adalah organisasi yang bersifat independen”sifat dan watak independen bagi HMI adalah merupakan hak asasi yang pertama.

Untuk lebih memahani esensi independen HMI, maka harus juga ditinjau secara psikologis keberadaan pemuda mahasiswa Islam yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam yakni dengan memahami status dan fungsi dari HMI.

B.    STATUS DAN FUNGSI HMI

Status HMI sebagai organisasi mahasiswa memberi petunjuk di mana HMI berspesialisasi. Dan spesialisasi tugas inilah yang disebut fungsi HMI. Kalau tujuan menunjukan dunia cita yang harus diwujudkan maka fungsi sebaliknya menunjukkan gerak atau kegiatan (aktifi tas) dalam mewujudkan (final goal). Dalam melaksanakan spesialisasi tugas tersebut, karena HMI sebagai organisasi mahasiswa maka sifat serta watak mahasiswa harus menjiwai dan dijiwai HMI. Mahasiswa sebagai kelompok elit dalam masyarakat pada hakikatnya memberi arti bahwa ia memikul tanggung jawab yang benar dalam melaksanakan fungsi generasinya sebagai kaum muda muda terdidik harus sadar akan kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan. Karena itu dengan sifat dan wataknya yang kritis itu mahasiswa dan masyarakat berperan sebagai “kekuatan moral” atau moral forces yang senantiasa melaksanakan fungsi “social control”. Untuk itulah maka kelompok mahasiswa harus merupakan kelompok yang bebas dari kepentingan apapun kecuali kepentingan kebenaran dan obyektifi tas demi kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan. Dalam rangka penghikmatan terhadap spesialisasi kemahasiswaan ini, maka dalam dinamikanya HMI harus menjiwai dan dijiwai oleh sikap independen.

Mahasiswa, setelah sarjana adalah unsur yang paling sadar dalam masyarakat. Jadi fungsi lain yang harus diperankan mahasiswa adalah sifat kepeloporan dalam bentuk dan proses perubahan masyarakat. Karenanya kelompok mahasiswa berfungsi sebagai duta-duta pembaharuan masyarakat atau “agent of social change”. Kelompok mahasiswa dengan sikap dan watak tersebut di atas adalah merupakan kelompok elit dalam totalitas generasi muda yang harus mempersiapkan diri untuk menerima estafet pimpinan bangsa dari generasi sebelumnya pada saat yang akan datang. Oleh sebab itu fungsi kaderisasi mahasiswa sebenarnya merupakan fungsi yang paling pokok. Sebagai generasi yang harus melaksanakan fungsi kaderisasi demi perwujudan kebaikan dan kebahagiaan masyarakat, bangsa dan negaranya di masa depan maka kelompok mahasiswa harus senantiasa memiliki watak yang progresif dinamis dan tidak statis. Mereka bukan kelompok tradisionalis akan tetapi sebagai “duta-duta pembaharuan sosial” dalam pengertian harus menghendaki perubahan yang terus menerus ke arah kemajuan yang dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran. Oleh sebab itu mereka selalu mencari kebenaran dan kebenaran itu senantiasa menyatakan dirinya serta dikemukakan melalui pembuktian di alam semesta dan dalam sejarah umat manusia. Karenanya untuk menemukan kebenaran bagi kesejahteraan umat manusia maka mahasiswa harus memiliki ilmu pengetahuan yang dilandasi oleh nilai kebenaran dan berorientasi pada masa depan dengan bertolak dari kebenaran Illahi. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran demi mewujudkan peradaban bagi kesejahteraan masyarakat bangsa dan negara maka setiap kadernya harus mampu melakukan fungsionalisasi ajaran Islam.

Watak dan sifat mahasiswa seperti tersebut di atas mewarnai dan memberi ciri HMI sebagai organisasi mahasiswa yang bersifat independen. Status yang demikian telah memberi petunjuk akan spesialisasi yang harus dilaksanakan oleh HMI. Spesialisasi tersebut memberikan ketegasan agar HMI dapat melaksanakan fungsinya sebagai organisasi kader, melalui aktifi tas fungsi kekaderan. Segala aktifi tas HMI harus dapat membentuk kader yang berkualitas dan komit dengan nilai-nilai kebenaran. HMI hendaknya menjadi wadah organisasi kader yang mendorong dan memberikan kesempatan berkembang kepada anggota-anggotanya demi memiliki kualitas seperti di atas agar dengan kualitas dan karakter pribadi yang cenderung pada kebenaran (hanief) maka setiap kader HMI dapat berkiprah secara tepat dalam melaksanakan pembaktiannya bagi kehidupan bangsa dan negaranya.

C.    SIFAT INDEPENDEN HMI

Watak independen HMI adalah sifat organisasi secara etis merupakan karakter dan kepribadian kader HMI. Implementasinya harus terwujud di dalam bentuk pola pikir, pola sikap dan pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sebagai kader HMI maupun dalam melaksanakan “Hakekat dan Mission” organisasi HMI dalam kiprah hidup berorganisasi bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Watak independen HMI yang tercermin secara etis dalam pola pikir pola sikap dan pola laku setiap kader HMI akan membentuk “Independensi etis HMI”, sementara watak independen HMI yang teraktualisasi secara organisatoris di dalam kiprah organisasi HMI akan membentuk “Independensi organisatoris HMI”.

Independensi etis adalah sifat independensi secara etis yang pada hakekatnya merupakan sifat yang sesuai dengan fi trah kemanusiaan. Fitrah tersebut membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung pada kebenaran (hanief). Watak dan kepribadian kader sesuai dengan fi trahnya akan membuat kader HMI selalu setia pada hati nuraninya yang senantiasa memancarkan keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran adalah ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA. Dengan demikian melaksanakan independensi etis bagi setiap kader HMI berarti pengaktualisasian dinamika berpikir dan bersikap dan berprilaku baik “hablumminallah” maupun dalam “hablumminannas” hanya tunduk dan patuh dengan kebenaran.

Aplikasi dari dinamika berpikir dan berprilaku secara keseluruhan merupakan watak azasi kader HMI dan teraktualisasi secara riil melalui, watak dan kepribadiaan serta sikap-sikap yang :
·           Cenderung kepada kebenaran (hanief)
·           Bebas terbuka dan merdeka
·           Obyektif rasional dan kritis
·           Progresif dan dinamis
·           Demokratis, jujur dan adil

Independensi organisatoris adalah watak independensi HMI yang teraktualisasi secara organisasi di dalam kiprah dinamika HMI baik dalam kehidupan intern organisasi maupun dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.

Independensi organisatoris diartikan bahwa dalam keutuhan kehidupan nasional HMI secara organisatoris senantiasa melakukan partisipasi aktif, kontruktif, korektif dan konstitusional agar perjuangan bangsa dan segala usaha pembangunan demi mencapai cita-cita semakin hari semakin terwujud. Dalam melakukan partisipasi partisipasi aktif, kontruktif, korektif dan konstitusional tersebut secara organisasi HMI hanya tunduk serta komit pada prinsip-prinsip kebenaran dan obyektifi tas.

Dalam melaksanakan dinamika organisasi, HMI secara organisatoris tidak pernah “committed” dengan kepentingan pihak manapun ataupun kelompok dan golongan maupun kecuali tunduk dan terikat pada kepentingan kebenaran dan obyektifi tas kejujuran dan keadilan.

Agar secara organisatoris HMI dapat melakukan dan menjalankan prinsip-prinsip independensi organisatorisnya, maka HMI dituntut untuk mengembangkan “kepemimpinan kuantitatif” serta berjiwa independen sehingga perkembangan, pertumbuhan dan kebijaksanaan organisasi mampu diemban selaras dengan hakikat independensi HMI. Untuk itu HMI harus mampu menciptakan kondisi yang baik dan mantap bagi pertumbuhan dan perkembangan kualitas-kualitas kader HMI. Dalam rangka menjalin tegaknya “prinsip-prinsip independensi HMI” maka implementasi independensi HMI kepada anggota adalah sebagai berikut :
·           Anggota-anggota HMI terutama aktifi tasnya dalam melaksanakan tugasnya harus tunduk kepada ketentuan-ketentuan organisasi serta membawa program perjuangan HMI. Oleh karena itu tidak diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan dengan membawa organisasi atas kehendak pihak luar manapun juga.
·           Mereka tidak dibenarkan mengadakan komitmen-komitmen dengan bentuk apapun dengan pihak luar HMI selain segala sesuatu yang telah diputuskan secara organisatoris.
·           Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang menruskan dan mengembangkan watak independensi etis di manapun mereka berada dan berfungsi sesuai dengan minat dan potensi dalam rangka membawa hakikat dan mission HMI. Dan menganjurkan serta mendorong alumni untuk menyalurkan aspirasi kualitatifnya secara tepat dan melalui semua jalur pembaktian baik jalur organisasi profesional kewiraswastaan, lembagalembaga sosial, wadah aspirasi poilitik lembaga pemerintahan ataupun jalur-jalur lainnya yang semata-mata hanya karena hak dan tanggung jawabnya dalam rangka merealisir kehidupan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT. Dalam menjalankan garis independen HMI dengan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, pertimbangan HMI semata – mata adalah untuk memelihara mengembangkan anggota serta peranan HMI dalam rangka ikut bertanggung jawab terhadap negara dan bangsa. Karenanya menjadi dasar dan kriteria setiap sikap HMI semata-mata adalah kepentingan nasional bukan kepentingan golongan atau partai dan pihak penguasa sekalipun. Bersikap independen berarti sanggup berpikir dan berbuat sendiri dengan menempuh resiko. Ini adalah suatu konsekuensi atau sikap pemuda. Mahasiswa yang kritis terhadap masa kini dan kemampuan dirinya untuk sanggup mewarisi hari depan bangsa dan negara.

D.    PERANAN INDEPENDENSI HMI DI MASA MENDATANG

Dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini maka tidak ada suatu investasi yang lebih besar dan lebih berarti dari pada investasi manusia (human investment). Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir tujuan, bahwa investasi manusia yang kemudian akan dihasilkan HMI adalah adanya suatu kehidupan yang sejahtera material, spiritual adil dan makmur serta bahagia.

Fungsi kekaderan HMI dengan tujuan terbinanya manusia yang beriman, berilmu dan berperikemanusiaan seperti tersebut di atas maka setiap anggota HMI dimasa datang akan menduduki jabatan dan fungsi pimpinan yang sesuai dengan bakat dan profesinya.

Hari depan HMI adalah luas dan gemilang sesuai status, fungsi dan perannya di masa kini dan masa mendatang yang menuntut kita pada masa kini untuk benar-benar dapat mempersiapkan diri dalam menyongsong hari depan HMI yang gemilang.

Dengan sifat dan garis independen yang menjadi watak organisasi berarti HMI harus mampu mencari, memilih dan menempuh jalan atas dasar keyakinan dan kebenaran. Maka konsekuensinya adalah bentuk aktifi tas fungsionaris dan kader-kader HMI harus berkualitas sebagaimana digambarkan dalam kualitas insan cita HMI. Soal mutu dan kualitas adalan konsekuensi logis dalam garis independen HMI harus disadari oleh setiap pimpinan dan seluruh anggota-anggotanya adalah suatu modal dan dorongan yang besar untuk selalu meningkatkan mutu kader-kader HMI sehingga mampu berperan aktif pada masa yang akan datang.


Billahittaufiq wal hidayah

continue reading

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Agus Suyetno - Premium Blogger Themes | coupon codes